Menjaga ketersediaan pangan di tengah ancaman pemanasan global menjadi tantangan besar yang dihadapi oleh banyak negara di dunia saat ini. Pemanasan global telah menyebabkan perubahan cuaca ekstrem yang dapat berdampak negatif terhadap produksi pangan, seperti kekeringan yang berkepanjangan atau banjir yang merusak tanaman.
Menurut Dr. Ir. Bambang Hendro Sunarminto, M.Sc., seorang pakar pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), “Pemanasan global dapat mengancam ketahanan pangan suatu negara jika tidak diantisipasi dengan baik. Kita perlu meningkatkan ketahanan pangan dengan cara memperkuat sistem pertanian yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim.”
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk menjaga ketersediaan pangan di tengah ancaman pemanasan global adalah dengan menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dan teknologi pertanian yang lebih efisien. Hal ini juga sejalan dengan visi Indonesia sebagai negara agraris yang berkelanjutan.
Menurut data Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), sekitar 820 juta orang di dunia menderita kelaparan pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mencapai ketersediaan pangan yang cukup untuk semua orang.
Menjaga ketersediaan pangan di tengah ancaman pemanasan global juga memerlukan kerjasama antar negara dan lembaga internasional. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Ir. Emil Salim, seorang pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, “Kita perlu bekerja sama dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan pertanian untuk mengurangi dampak pemanasan global terhadap produksi pangan.”
Dengan kesadaran akan pentingnya menjaga ketersediaan pangan di tengah ancaman pemanasan global, diharapkan semua pihak dapat berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan sistem pertanian dan ketahanan pangan di masa depan. Semua upaya yang dilakukan saat ini akan berdampak positif bagi generasi mendatang.