Mengapa Terumbu Karang Rentan Terhadap Efek Pemanasan Global?
Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan laut. Namun, sayangnya terumbu karang rentan terhadap efek pemanasan global. Mengapa hal ini terjadi?
Pertama-tama, kita harus memahami bahwa terumbu karang terdiri dari organisme hidup yang sensitif terhadap perubahan suhu air. Ketika suhu air laut meningkat akibat pemanasan global, terumbu karang dapat mengalami bleaching atau pucat karena kehilangan warna dari alga simbiotiknya. Menurut Dr. Mark Eakin dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), “Pemanasan global menyebabkan suhu air laut meningkat dan memicu bleaching pada terumbu karang.”
Selain itu, pemanasan global juga dapat meningkatkan tingkat asam laut akibat peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer. Tingkat asam laut yang tinggi dapat mengganggu pembentukan pengeluaran kamboja kerangka kalsium karbonat yang merupakan komponen utama terumbu karang. Menurut Profesor Ove Hoegh-Guldberg dari University of Queensland, “Asam laut yang tinggi dapat merusak struktur kalsium karbonat terumbu karang dan menghambat pertumbuhannya.”
Selain bleaching dan tingkat asam laut yang tinggi, terumbu karang juga rentan terhadap fenomena El Niño yang intensitasnya dapat meningkat akibat pemanasan global. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change, El Niño yang terjadi pada tahun 2015 menyebabkan bleaching yang luas pada terumbu karang di berbagai belahan dunia.
Dalam menghadapi tantangan pemanasan global, perlindungan terumbu karang menjadi sangat penting. Menurut Dr. Emily Darling dari Wildlife Conservation Society, “Kita perlu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung konservasi terumbu karang.”
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mengapa terumbu karang rentan terhadap efek pemanasan global, diharapkan upaya konservasi terumbu karang dapat ditingkatkan untuk melindungi ekosistem yang penting ini.