Pemanasan global dan ketahanan pangan menjadi dua isu yang semakin mendesak di tengah krisis lingkungan yang sedang terjadi. Dua hal ini saling terkait, di mana pemanasan global dapat berdampak negatif terhadap ketahanan pangan suatu negara. Di Indonesia, peran pertanian menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.
Menurut Prof. Bambang Joko Priatmadi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim yang berdampak langsung pada produksi pertanian. “Pemanasan global mempengaruhi pola hujan dan suhu udara, yang berdampak pada hasil panen dan keseimbangan ekosistem pertanian,” ujarnya.
Dalam konteks ketahanan pangan, Indonesia telah mengalami peningkatan produksi pangan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, tantangan masih terus ada, terutama dalam hal distribusi pangan yang merata ke seluruh wilayah Indonesia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan pentingnya peran pertanian dalam menciptakan ketahanan pangan. “Pertanian harus menjadi tulang punggung dalam menghadapi krisis pangan, terutama di masa-masa sulit seperti sekarang ini,” katanya.
Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan, Indonesia juga perlu fokus pada peningkatan produktivitas pertanian dan diversifikasi pangan. Hal ini sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya pertanian dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Prof. Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, menambahkan bahwa pemanasan global harus diatasi secara serius untuk melindungi ketahanan pangan. “Kita harus berpikir jauh ke depan dalam menghadapi dampak pemanasan global terhadap produksi pangan di Indonesia,” paparnya.
Dengan begitu, peran pertanian Indonesia dalam menghadapi krisis pangan tidak bisa dianggap remeh. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, petani, dan masyarakat untuk menjaga ketahanan pangan di tengah tantangan pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan.